HomeDiary - Majalah Arsitektur dan Interior
Interior El Lago l Foto: Koleksi pribadi

Fasade Hits “Arches” El Lago Café, Kintamani, Bali

Oleh: Ayu Made Bintang Kardha

Wajah disepanjang jalan Raya Panelokan Kintamani sekarang banyak berubah dengan kemunculan beberapa café . Tidak semua tempat makan tersebut adalah bangunan baru. Para pengusaha setempat secara kreatif ada yang melakukan penambahan bangunan,  atau merubah tampak bangunan berikut jenis makanan yang dijual, sehingga menjadi daya tarik baru untuk para tamu dan wisatawan. Bila sebelumnya restoran dan cafe yang ada tampil dengan  gaya aristektur tropis Bali yang kental, sekarang lebih bervariasi dengan menggabungkan gaya minimalis, industrial, lofty, dan lain lain. Namun tidak bisa dipungkiri, tetap panorama Gunung Baturlah yang menjadi magnet, komoditas utama yang laku dijual agar wisatawan datang ke Kintamani.

Arch Design yang Kembali Trending

Dalam tiga tahun terakhir ini bentuk lengkung atau arches di dunia arsitektur dan interior kembali hits, tidak hanya dari segi bangunan serta ruangan tapi juga furniture, fashion bahkan piranti makan dan minum. Hal diatas tidak hanya terjadi di kota besar seperti DKI Jakarta, namun saya lihat juga pada café, restaurant baru di Bali baik daerah dekat pegunungan dan pantai. Renaissance Architecture yang telah berjaya dari abad ke 14 dengan bentuk-bentuk lengkung , yang ditata simetris, harmonis, nyatanya  selalu mengalami kebangkitan yang berulang disetiap jaman. Memberi lekukan dalam desain dapat menghadirkan bentuk organik di dalam bangunan, kesan playful dan rasa terlindungi.

Jujur,  saat saya melintas di Jl. Raya Panelokan, fasade bangunan El Lago lah yang paling stand outdari bangunan café lainnya. Mengapa? Bangunan utamanya tinggi putih bersih, memanjang jauh kesamping beratap datar dengan deretan jendela- jendela besar semi sirkular. Hanya bagian entrance diujung bangunan saja yang menggunakan atap pelana  dengan dominasi pintu dan jendela kaca yang tinggi.

Kuliner Jepang Panorama Gunung Batur

El Lago dalam bahasa Spanyol berarti danau. Saya berasumsi  nama ini ada hubungannya dengan Danau Batur di dekat kaldera. Karena namanya berbau Spanish saya berpikir menunya berupa hidangan western, ternyata melenceng, yang disuguhkan  adalah makanan Jepang. Para pramusajinya cukup telaten menjamu tamu, mereka juga tidak keberatan saat saya minta mejanya di desinfektan kembali sebelum makan. Café ini menjadi salah satu tempat makan baru yang justru hadir di masa pandemi. Letaknya sangat strategis yaitu di pinggir jalan Raya Panelokan no 899, Kintamani , Bali.

“Sushi with a view”. Ya, makan sushi dengan pemandangan yang luar biasa dan instagramable.

Saat kami datang cuaca sedang berkabut tebal, udaranya dingin sehingga menikmati ramen panas adalah pilihan yang pas. Para tamu juga dapat menikmati seduhan kopi, berbagai minuman ala bar dan tentunya dessert kue manis.

Konsep Terbuka

Masuk ke dalam café konsep open space nya terasa sekali dengan ruangan terbentang luas bebas kolom setinggi kurang lebih lima meter. Kontinuitas bentuk lengkung pada fasade, diteruskan sampai ke dalam ruangan seperti  tempat cashier yang di batasi dinding semi round arch lebar, juga ada  beberapa jendela dan relung dekoratif berbentuk bulat. Untuk mendapatkan pemandangan maksimal Gunung Batur, batasan antara ruang makan dalam dan balkon luar menggunakan pintu dan jendela kaca full sampai plafon. Area balkon tidak menggunakan penutup dan sebagian besar dikelilingi concrete outdoor sofa.

Bila saatnya tiba untuk teman-teman berkunjung ke Bali lagi, mari mampir di Kintamani yang terus berbenah menghadapi the new normal. Tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan kita bersama-sama akan bisa menikmati kembali bentuk-bentuk arsitektural baru, hidangan yang kekinian dan tentunya pemandangan spektakuler Gunung Batur.

 

homediary