HomeDiary - Majalah Arsitektur dan Interior

KEBANGKITAN KOTA LAMA SEMARANG 2019

Oleh : Ayu Made Bintang Kardha

Menjelang senja di Semarang kami sekeluarga memutuskan untuk makan malam di kawasan Kota Lama. Memasuki area revitalisasi, mobil kami melaju lambat diatas paving blok yang ramai dilewati kendaraan. Deretan lampu tinggi bergaya Eropa, bollard(tiang pendek pengaman pedestrian) di sepanjang jalan berikut signase lampu cafe dan resto memendar cantik mewarnai kota. Wow! Ada Filosofi Kopi, toko kopi yang lagi hits. Kami beruntung datang di bulan Juni karena target penyelesaian proyek oleh Kementrian Pekerjaan Umun & Perumahan Rakyat (PUPR) adalah bulan Mei 2019. Sebelumnya ditahun 2018 pekerjaan sempat molor dan menurunkan 13% jumlah wisatawan ke Semarang.
Setelah mobil mendapat parkir, kamipun berjalan kaki dan membaur dengan masyarakat. Suasananya mirip seperti saat dolanandi Amsterdam, perbedaannya hanya udara yang lembab, pemandangan juntaian kabel tiang listrik dan para pengunjung yang berambut hitam bukan pirang hihihi.

KHUTA LAMA

Dengan jalan utama Heeren Straat atau sekarang Let Jen Suprapto, Outstadtyang artinya kawasan, dahulu adalah sebuah kota seluas 31 hektar yang diabad 19-20 terkenal akan perdagangannya.
Pada tahun 1705 Semarang diduduki VOC sehingga tak hanya tata kotanya yang berkiblat  Eropa namun juga bangunan yang berdiri beraliran Art Deco, Renaissance dan Baroque. Kota Lama dahulu dikenal dengan nama “Little Netherland”. Setidaknya masih berdiri 50 bangunan tua yang kokoh dengan sejarah lebih dari 50 tahun sehingga patut dikonservasi sesuai UU no.5 tahun 1992, tentang benda cagar budaya.

UPAYA REVITALISASI

Tentunya banyak kendala yang dihadapi, dari hal kepemilikan bangunan yang umumnya dipegang individu, kondisi kawasan dan bangunan kurang baik karena pemilik tak ada dana untuk merawat, sampai masalah banjir. Komitmen revitalisasipun dilakukan sejak 2012 oleh Wali Kota Hendrar Prihadi. Untuk menghidupkan kembali vitalitas kawasan, Pemkot Semarang dibantu oleh Ahli Cagar Budaya, Komunitas Pegiat Sejarah, Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) dan para pemilik bangunan saling bekerjasama untuk mencari solusi , tidak hanya untuk melestarikan aset, nilai budaya tapi juga memberdayakan ekonominya. Pihak PUPR sebelumnya menggelontorkan dana sampai sekitar 200 Milyar dan akan menambah lagi untuk program tahap ke-2 yang dimulai Oktober 2019 untuk pengembangan kawasan luar Kota Lama. Fasilitas publik seperti; street furniture, tempat parkir, saluran akan ditambah untuk mengundang investor, sejalan dengan target 2020 menyiapkan Kota Lama Semarang untuk masuk list UNESCO, World Heritage. Aplikasi android Kota Lama mendukung program “Smart City” Pemkot juga telah hadir agar masyarakat mudah mengakses informasi hanya dengan scan barcode.

BANGUNAN IKONIK

Sampai dengan Agustus 2019 sekitar 80% dari 116 bangunan cagar budaya telah di revitalisasi.
Beberapa bangunan yang cukup kami nikmati secara arsitektural adalah:

  1. Gereja Blenduk

Nama sebenarnya adalah  Gereja Protestan Indonesia Barat Immanuel Semarang , dibangun tahun 1753 dan menjadi  gereja tertua di Semarang. Awalnya bergaya arsitektur Jawa, Joglo, kemudian berkembang menjadi bangunan oktagonal 2 lantai, 3 kubah bergaya Neo Klasik  dan tahun 1894  W. Westmas & H.P.A. de Wilde merenovasinya dengan menambah 2 menara. Disebelah gereja terdapat taman Srigunting yang ramai dikunjungi pengunjung.

  1. Spiegel

Didirikan oleh tuan Addler tahun 1895 kemudian diambil alih oleh H.Spiegel menjadi toko serba ada bernama N.V Winkel Maatschappij H. Spiegel  yang menjual barang-barang berkualitas seperti; furnitur, mesin tik, kain, dll. Fasade pintu masuknya menyerong ke barat daya dengan pengaruh gaya arsitektur Spanish Colonial. Makan malam disini sangat berkesan karena posisi bangunan dan deretan jendela besarnya berada di pinggir jalan memungkinkan kita menikmati panorama orang dan kendaraan yang lalu lalang.

  1. Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur (IBC)

Bagian depan bangunan utama IBC berukuran 20x20m yang dikonservasi memperlihatkan bentuk aseli arsitektur Indies Tropic abad 18. Sebelumnya dengan  bergonta-ganti fungsi sebagai rumah pendeta, gudang mesiu, Kantor Pengadilan Golongan Timur Asing, Kantor Pengadilan Negeri Semarang, akhirnya tahun 2005 menjadi Rumah Makan IBC. Interior ruangan dengan plafon dan jendela tinggi, menggabungkan kriya Peranakan Eropa menambah kemegahan suasana resto ini.

Nah, dengan terus berbenahnya kawasan revitalisasi Kota Lama Semarang, tempat ini bangkit memperlihatkan keindahan nostalgia tempo dulu dan siap dipenuhi untuk liburan Natal dan Tahun Baru 2020. Semakin menarik untuk dikunjungi bukan?.

 

homediary